Jumat, 09 September 2011

Azhar MJ _ Musisi Tradisi Jambi

PDF Cetak E-mail
.
Metro Jambi
Ditulis oleh ALPADLI MONAS, Sungai Kambang   
Senin, 21 Desember 2009 11:23
Perkenalkan Musik Jambi sampai Luar Negeri
Beruntung Jambi masih memiliki seniman-seniman yang serius menjaga budaya daerah. Di bidang musik tradisional, Azhar MJ cukup dikenal. Eksistensinya tak terbantahkan. Tak hanya di Jambi. Di beberapa negara, Azhar pernah memperkenalkan musik tradisi asal Jambi. Seperti apa proses yang dia lalui? Siang kemarin atau Minggu (20/12), setengah lusin remaja putri terlihat sedang berlatih menari di lapangan Taman Budaya Jambi (TBJ), Sungai Kambang, Telanaipura. Tubuh mereka meliuk-liuk diiringi suara merdu gendang dan akordion. Pemain gendang pun masih berusia belasan tahun, putra-putra kreatif. Nah, pemain akordion itulah Azhar MJ (47).
Di tangannya, alat musik yang tergolong tua usia itu mengeluarkan suara-suara indah. Setiap tekanan jari pada tuts akordion membuat suasana kian semarak pada latihan tari kemarin siang itu. Azhar tampak serius melatih anak-anak didiknya yang bergabung dalam Sanggar Mindulahin.
Dalam bahasa Kerinci, “mindu” artinya kerinduan, sedang “lahin” berarti tempo dulu. Kerinduan tempo dulu. Begitu Azhar menerjemahkan makna sanggar yang sudah berdiri sejak 1979 itu.
Berawal dari kesukaannya bermain instrumen, Azhar mulai berguru pada seorang musisi Kerinci, (alm) Rifai Aris, sekitar 1970. Dari musisi itulah, ayah dua anak tersebut mengenal notasi musik dan dasar-dasar bermain musik. Cukup lama ia berguru dengan Rifai. Pada 1979 dia bahkan sempat mendirikan Sanggar Mindulahin bersama rekan-rekan musisi lainnya di Kerinci. Sejak itu Azhar mulai berkiprah di dunia musik tradisional.
Merasa tak puas, Azhar kembali mencari guru baru. Pada 1982 dia terbang ke Yogyakarta, menemui seorang musisi lain, Kusbini. Untung niat baik Azhar disambut. Dia diangkat menjadi siswa oleh Kusbini. Sejak saat itu, dia belajar secara pribadi di rumah Kusbini sambil melanjutkan pendidikan di Akademi Seni Drama dan Film (Asdrafi) Yogyakarta.
Begitu lulus Asdrafi pada 1985, suami Latna Wilis (39) itu berangkat ke Padang, Sumatera Barat. Di Padang dia nekat minta rekaman musik tradisi. Permintaan dipenuhi. Kaset berisi permainan musik tradisi grup yang dia gawangi langsung jadi pembicaraan di pasar seni. “Wah, waktu itu ramai. Kita yang pertama kali di Jambi rekaman,” kenang warga Perumahan Pinang Merah, Simpang Rimbo, itu sambil memeluk gendang, siang kemarin.
Dalam ingatannya, usai kaset beredar, masyarakat Jambi mulai melirik musik-musik tradisional, misalnya gendang sikik (rebana), gendang panjang, cangor (sejenis gong dari bambu), dan kelintang kayu. Khusus kelintang kayu, hingga kini banyak yang tertarik mempelajarinya. Alat musik itu mudah dibuat. Bahan dasarnya dari kayu mahang, terap, atau sekubung.
Berawal dari tujuh anggota, Sanggar Mindulahin kini memiliki anggota cukup banyak, sekitar 50-an. Kebanyakan remaja dan anak-anak. Bahkan rencananya Azhar mendirikan lembaga pendidikan khusus musik tradisi. “Seperti kursus,” bebernya.
Sepak terjang Mindulahin tak bisa dipandang sebelah mata. Selain sering manggung di Jambi, sanggar itu pernah pula manggung di luar daerah, misalnya di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dan Gedung Kesenian Jakarta. “Di TMII dua kali,” jelasnya.
Mindulahin pernah pula ikut festival musik di beberapa negara, yakni di Malaysia dan Singapura. Di Malaysia, pernah tampil di Ipoh (1997), Johor (2001), dan Malaka (2000). Di Singapura dua kali, pada 2006 dan 2008.
Perkembangan musik tradisi, dalam pandangan Azhar, kini mulai menggembirakan. Dari sebelumnya tak dikenal, kini mulai dicintai banyak orang. Bahkan masyarakat Jambi banyak mengundang mereka untuk tampil pada acara-acara pengantin. Itu artinya masyarakat sudah menghargai musik mereka sendiri ketimbang musik luar.
“Kini sudah naik lagi, walau tidak semeriah dulu. Kita sudah sering diundang untuk acara pengantin,” kata pria kelahiran Lubuk Nagodang, Siulak, Kerinci, itu tersenyum lebar. Tertarik mau melihat aksi Sanggar Mindulahin? Silakan datangi RRI Telanaipura, Senin (21/12) nanti. Sanggar itu akan tampil dalam sebuah teaterikal menarik.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar